Di tv, perempuan yang cantik sering diidentikan sebagai orang yang berkulit putih. Begitu juga di hampir semua iklan produk kecantikan. Mereka selalu menggunakan orang yang berkulit putih sebagai ikon produk mereka. Padahal kalau dipikir-pikir, seputih-putihnya orang asia tentu berbeda dengan kulit putihnya orang eropa maupun ras lain. Sehitam-hitamnya orang asia juga tetap aja berbeda dengan ras lain. Jadi putih tidaknya seseorang juga menjadi relatif.
Pernah suatu waktu, veni khusus memperhatikan perempuan yang lalu lalang di depan veni (di stasiun, mall, bis, dll). Ada perempuan yang putih cuman mukanya aja, sedangkan warna kulit anggota tubuh yang lain berbeda kontras. Ada juga perempuan yang putihnya sama seragam dari satu individu dengan individu yang lain (sepertinya mereka memakai produk kosmetik yang sama).
Padahal, warna putih kulit manusia itu berbeda antara individu, ada yang putih kemerahan, putih kekuningan, putih kapas, dll. Menurut veni, putihnya mereka bagus kok, dibanding mereka menggunakan krim pemutih yang memudarkan warna kulit putih asli mereka.
Awalnya kulit putih itu adalah strategi marketing dalam memasarkan produknya, karena secara emosional kita menyukai warna putih. Ditambah lagi dengan adanya branding suatu produk, sehingga image putih itu cantik begitu melekat di setiap orang. Adek Veni yang laki-laki, masih duduk di SD pun menjadi "korban" ingin putih. Akhirnya dia mencoba untuk memakai bedak biar terlihat putih (soalnya kulit veni dan adek veni ini sangat kontras). Akhirnya setelah diberi penjelasan tentang pigmen melamin dan kanker kulit (entah, dia ngerti atau nggak dengan penjelasan veni, maklum masih SD tapi sudah dijelasin tentang pigmen dan kanker), dia sadar untuk tidak "bersolek" lagi dan dia bilang hitam itu sexy (ini terpengaruh penjelasan veni tentang kenapa bule suka dengan wanita indonesia, hehe). Dia bilang:" jadi hitam?? siapa takut??
Tapi berbeda dengan adik veni yang pertama. Saat dianjurkan untuk ambil spesialis dokter kulit dia malah bilang "gak ah, aku kan hitam. Masak jadi dokter kulit siy?!". Gubrak, ternyata "sindrom" kulit putih ini sudah menyebar kemana-mana, tidak mengenal usia, tidak mengenal pendidikan dan tidak mengenal status sosial.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar